2. R E G A
“Gin, tolong gue buat deket sama Mona?pliss..”
“gue gak bisa!!”
“lo pelit banget sih jadi temen”
“biarin!!”
“OK!!”
Ucapan Gina waktu itu masih terngiang di benakku, aku gak bisa lupain semua cerita Gina saat Rega memohon padanya agar mengenalkan ku pada Rega. Dan saat itu Rega mulai mendekatiku, dia selalu menghampiriku di kelas, menemaniku makan siang di kantin, menungguku latihan exkul, mengantarku pulang dengan motor mungil hitamnya dan setiap malam dia selalu menemaniku lewat pesan singkat ( SMS ), dan perlahan aku mulai menyukainya.
Dan saat pulang sekolah Rega menyatakan perasaannya padaku, hari itu aku senang sekali karena Rega memintaku untuk menjadi pacarnya. Tapi sebelum aku menjawab pertanyaannya. Rega kembali berkata padaku bahwa dia sebenarnya takut untuk menyatakan perasaannya, karena dia berfikir kalau aku akan menolak perasaannya. Rega memintaku untuk menjawabnya esok hari. Tapi tak ku hiraukan perkataan Rega saat itu, aku langsung menatap matanya dan berkata saat itu .
“Ga, satu hal yang mau gue tanyain, kenapa gue harus jawab besok??”
saat itu Rega menatap mataku dengan tajam dan dia mengajakku duduk di bangku taman sekolah. Rega menggenggam erat tanganku sambil berkata,
“Mon, tentang pertanyaan lo tadi. kenapa gue minta lo jawab besok, karena gue pengen lo bener-bener nerima gue. bukan karena orang lain dan gue sayang sama lo kerena lo udah bikin hidup gue berubah, bikin gue lebih semangat untuk sekolah, bikin gue untuk berhenti dari kebisaan buruk gue. Pokoknya lo itu semangat hidup gue Mon”.
Ucapan Rega saat itu membuat aku terharu, membuatku ingin lebih mengenal dirinya, dan selalu ingin berada disampingnya.
“Ga, sebenernya gue seneng banget lo bilang itu semua ke gue, tanpa sadar semenjak kita dekat, gue mulai suka sama lo dan perasaan itu masih sama sampai sekarang. Gue juga sayang Ga sama lo”
“Jadi, lo mau Mon jadi pacar gue??”
“hhmm,,, iya Ga, gue mau jadi pacar lo”
“Gue seneng banget Mon, makasih yah”.
Sejak kejadian di bangku taman sekolah itu aku dan Rega resmi pacaran, aku selalu melewati hari bersama Rega, nonton bareng di mall , makan di pingir jalan , jalan-jalan keliling Jakarta, pulang sekolah bareng, kumpul sama teman-teman… hhmmm kenangan itu sulit untuk aku lupaian.
Aku sangat menyayanginya dan karena Rega aku bisa melupakan mantan-mantanku yang tega nyakitin perasaanku, tapi suatu saat aku berantem hebat dengan Rega, dan akhirnya aku memutuskan untuk mengakhiri hubunganku dengan Rega.
Saat itu aku sulit untuk percaya pada kenyataan yang ada, hubunganku yang sudah terjalin cukup lama harus kandas begitu saja hanya karena masalah yang tidak begitu runyam. Aku relakan Rega pergi dari hidupku, mungkin ini memang jalan yang terbaik untuk aku dan Rega.
Share
“Gin, tolong gue buat deket sama Mona?pliss..”
“gue gak bisa!!”
“lo pelit banget sih jadi temen”
“biarin!!”
“OK!!”
Ucapan Gina waktu itu masih terngiang di benakku, aku gak bisa lupain semua cerita Gina saat Rega memohon padanya agar mengenalkan ku pada Rega. Dan saat itu Rega mulai mendekatiku, dia selalu menghampiriku di kelas, menemaniku makan siang di kantin, menungguku latihan exkul, mengantarku pulang dengan motor mungil hitamnya dan setiap malam dia selalu menemaniku lewat pesan singkat ( SMS ), dan perlahan aku mulai menyukainya.
Dan saat pulang sekolah Rega menyatakan perasaannya padaku, hari itu aku senang sekali karena Rega memintaku untuk menjadi pacarnya. Tapi sebelum aku menjawab pertanyaannya. Rega kembali berkata padaku bahwa dia sebenarnya takut untuk menyatakan perasaannya, karena dia berfikir kalau aku akan menolak perasaannya. Rega memintaku untuk menjawabnya esok hari. Tapi tak ku hiraukan perkataan Rega saat itu, aku langsung menatap matanya dan berkata saat itu .
“Ga, satu hal yang mau gue tanyain, kenapa gue harus jawab besok??”
saat itu Rega menatap mataku dengan tajam dan dia mengajakku duduk di bangku taman sekolah. Rega menggenggam erat tanganku sambil berkata,
“Mon, tentang pertanyaan lo tadi. kenapa gue minta lo jawab besok, karena gue pengen lo bener-bener nerima gue. bukan karena orang lain dan gue sayang sama lo kerena lo udah bikin hidup gue berubah, bikin gue lebih semangat untuk sekolah, bikin gue untuk berhenti dari kebisaan buruk gue. Pokoknya lo itu semangat hidup gue Mon”.
Ucapan Rega saat itu membuat aku terharu, membuatku ingin lebih mengenal dirinya, dan selalu ingin berada disampingnya.
“Ga, sebenernya gue seneng banget lo bilang itu semua ke gue, tanpa sadar semenjak kita dekat, gue mulai suka sama lo dan perasaan itu masih sama sampai sekarang. Gue juga sayang Ga sama lo”
“Jadi, lo mau Mon jadi pacar gue??”
“hhmm,,, iya Ga, gue mau jadi pacar lo”
“Gue seneng banget Mon, makasih yah”.
Sejak kejadian di bangku taman sekolah itu aku dan Rega resmi pacaran, aku selalu melewati hari bersama Rega, nonton bareng di mall , makan di pingir jalan , jalan-jalan keliling Jakarta, pulang sekolah bareng, kumpul sama teman-teman… hhmmm kenangan itu sulit untuk aku lupaian.
Aku sangat menyayanginya dan karena Rega aku bisa melupakan mantan-mantanku yang tega nyakitin perasaanku, tapi suatu saat aku berantem hebat dengan Rega, dan akhirnya aku memutuskan untuk mengakhiri hubunganku dengan Rega.
Saat itu aku sulit untuk percaya pada kenyataan yang ada, hubunganku yang sudah terjalin cukup lama harus kandas begitu saja hanya karena masalah yang tidak begitu runyam. Aku relakan Rega pergi dari hidupku, mungkin ini memang jalan yang terbaik untuk aku dan Rega.